Sabtu, 01 Januari 2011

Mutiara Kegagalan

              Sahabat, siapa pun tahu bahwa hidup tak semulus berjalan di jalan bebas hambatan. Kegagalan sering sekali menghadang langkah kita. Dalam mencapai setiap yang kita inginkan, tak kecuali diri saya. Sahabat, ini adalah curhat saya mengenai kegagalan, mengenai perjuangan dan mengenai keyakinan. Semoga bermanfaat...

             Bagi sebagian besar siswa SMA, mengenyam pendidikan ke perguruan tinggi dan mempunyai gelar ‘mahasiswa’, adalah suatu impian yang menggiurkan, begitu juga dengan saya. Dapat menjadi bagian dari salah satu universitas terbaik adalah impian saya sejak menjejakkan kaki kelas 1 SMA. PMDK dan berbagai tes sekolah kedinasan tak luput dari perhatianku. PMDK pertamaku ku putuskan untuk mengambil pendidikan dokter gigi di salah satu universitas terkenal di kota Malang. Tak henti-hentinya saya berharap dan memohon kepada Allah untuk melancarkan setiap usaha saya sehingga saya dapat di terima di universitas yang saya impikan ini. Manusia hanya bisa berusaha, namun Allah jugalah yang menentukan. Begitulah kalimat singkat yang sangat sering kita dengar. Begitu saya sampai ke sekolah, teman-teman membawa kabar yang sama sekali tak aku harapkan. Aku tak lolos PMDK kedokteran gigi kali ini. Hah...!! Ku coba menguatkan hatiku dan ku yakinkan hatiku bahwa ini yang terbaik untukku. Tak hanya itu, harapan aku tuk lolos PMKB (sejinis PMDK juga) hanya sebatas harapan yang tak terwujud. Aku gagal lagi. Ketika mengalami kegagalan demi kegagalan ini, sering ku mendengar orang-orang yang berusaha menguatkanku berkata bahwa di luar yang aku ketahui pasti Allah telah mempersiapkan kado yang sangat indah untukku. Kadang terbesit di benakku, mereka bisa dengan gampangnya menyampaikan hal itu, tapi sulit buatku menerima kegagalan ini. Sangat sulit. Kekecewaan yang terus menghantui dan rasa penyesalan yang sangat menekan. Ingin rasanya aku lepas dan lari dari semua ini. Dari semua rasa yang telah berhasil meluluhlantakkan harapanku. Tangis kekecewaan dan kesedihan tak henti-hentinya mengalir ke pipiku. Di tengah kegundahan hati,sesaat terbesit di hatiku bahwa Allah jahat, Ia tak adil. Kenapa Dia tidak mengabulkan doaku yang seakan tak lelah berdoa kepada-Nya dan belajar semaksimal yang aku bisa sedangkan sebagian temanku yang hanya berleha-leha saja, malah lolos dalam seleksi ini. Namun, segera ku tepis prasangka itu. Ku yakinkan diriku sendiri bahwa Allah sangat sayang padaku dan ini adalah jalan terbaik untukku dari-Nya.Aku yakin Allah pasti telah menyiapkan hadiah terindah untukku kelak. Mulai saat itu, ku coba tuk terus memotivasi diriku sendiri dan memaksimalkan ibadah dan usahaku.

             Allah rupanya masih mengujiku kembali dengan kenyataan pahit bahwa aku tak lolos seleksi STIS. Perasaan kecewa tentu sangat mencekam diriku saat itu. Semangatku kembali down. Sahabat-sahabat aku pun kembali berusaha menguatkan aku dengan sejuta kata-kata manis. Sedikit demi sedikit ku kembali bangkit dan aku berjanji pada diriku sendiri bahwa kelak suatu saat nanti aku akan bersyukur kepada Allah atas kegagalanku demi kegagalanku ini. Ku kobarkankan sekali lagi semangatku demi menghadapi SNMPTN dan USM STAN. Ku murnikan niatku belajar di perguruan tinggi hanya tuk mengharapkan ridha dan kasih-Nya. Aku yakin, Ia tak kan pernah meninggalkan hamba-Nya.

           Ketika hari H telah di depan mata, perasaan cemas tentu terus menghantui hatiku. Ku tata hatiku serta tak lupa ku minta do’a restu kepada keluargaku, berharap kan ada keajaiban-Nya yang akan terus menyertaiku saat aku mengerjakan soal-soal test nanti.

         Hari H tlah terlewati, namun kecemasan dalam hatiku belum juga terlewati. Perasaan tak yakin akan jawabn-jawabanku punterus menyelimuti. Kadang terselip dalam hatiku bahwa mungkin lagi-lagi aku tak kano los dalam seleksi kali ini, namun sebuah keyakinanku bahwa Allah akan mengabulkan do’aku terus bersama dalam nuraniku.

          Ternyata benar, Allah tak pernah tidur. Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah, Ia mengabulkan do’a-do’aku. Aku diterima di universitas negeri di kota Malang, universitas yang selama ini aku impi-impikan. Terima kasih Allah. Akhirnya Engkau mengabulkan pintaku, membuatku semakin yakin akan kebesaran dan keagungan-Mu. Sujud syukur dan ucapan hamdallah tak henti-hentinya terucap dari bibirku.

           Ku renungi sejenak keberhasilanku ini. Ini bukanlah sebuah keberuntungan, tapi ini adalah bantuan dan keajaiban dari-Nya. Kini, ku telah menemukan permata di balik kegagalan-kegagalan yang pernah aku alami. Andai saat itu aku diterima di program study pendidikan kedokteran gigi, mungkin aku tidak akan sebahagia ini. Aku selalu ngeri melihat orang bercucuran darah dan rasanya tak akan tega jika harus menggunakan mayat yang tak tahu apa-apa untuk ku jadikan praktikum saat kuliah nanti. Terima kasih Allah. Terima kasih Engkau telah memilihkan hamba yang terbaik. Terima kasih atas permata indah yang telah hamba berhasil temukan di antara segala kesedihan dan harapan.

           Nah sahabat, semoga curhatku tadi bermanfaat untuk kita semua. Bagi sahabat yang kini sedang dihadapkan dengan kegagalan, teruslah berjuang dan jangan pernah menyerah. Yakinlah bahwa permata indah Allah telah menantimu. Semoga Allah selalu menyertai dan menemani kita di setiap langkah hidup kita. Amiiieen.....

Selengkapnya...